Cerpen - Pelupa


PELUPA  
  
Cerita ini adalah pengalaman saya 2 tahun lalu di Pantai Parangtritis, Yogyakarta.
 Pagi-pagi sekali aku terbangun dari tidurku yang tidak terlalu lelap. Bis yang aku tumpangi ini melaju sangat kencang. Seolah-olah membuatku tidak bisa tidur nyenyak seperti dirumah sendiri. Disampingku, Silvi, ternyata masih tertidur. Kulihat jam masih menunjukkan pukul 02.30 WIB.
            “Far, Bangun!”,
            Tiga kali aku tepuk pundaknya masih tetap saja dia tidak mau membuka matanya. Akhirnya aku lanjutkan tidur lagi. Eh setelah itu Farida yang membangunkanku.
            “yos, yosy, sudah pagi. Ayo bangun, kita sudah sampai di pantai nih.”, aku pun kaget ketika aku dengar kalimat yang begitu keras di telingaku ini. Perlahan kubuka kedua mataku
            “Oh iya Farida, masih ngantuk aku, memangnya sekarang jam berapa sih?”, sambil senyum-senyum gak jelas.
            “Aduh yosy, sekarang udah jam 4 lho, ayo kita turun! anak-anak udah pada turun semua.”, kata Silvi sedikit kesal padaku.
            “Oke oke. Ayo kita ambil barang-barang di bagasi dulu.”, jawabku santai
            Setelah aku turun dari bis 2 dan berjalan mencari kamar mandi, aku baru ingat ada sesuatu yang ketinggalan di bis.
            “Aduh, tak taruh dimana ya mukenahku. Kok gak ada sih”, bergumam sendiri seperti orang bingung.
            Setelah berlama-lama mencari akhirnya ketemu juga. Ternyata si mukenah tertutupi oleh jaket kuning farida yang aku sandarkan di atasnya.
            “Alhamdulillah” kataku bersyukur pada-Nya.
            Dari luar bis aku dengar suara farida yang memanggilku untuk kembali ke bawah
            “Kamu lama amat sih yos, ngapain aja sih kamu?”,
            “Ini lho farida, mukenahku tadi ketinggalan di bis, yaudah sekarang ayo kita coba cari lagi kamar mandinya”
            Aku dan Farida pun berjalan mencari kamar mandi. Memang di sana banyak banget kamar mandi, tapi penuh semua. Banyak yang antre. Aku dan Farida  akhirnya terpaksa mengantre di salah satu kamar mandi yang tersedia di sekitar pantai Parangtritis itu.
            Bermenit-menit kami berdua mengantre untuk mandi. Setelah dapat giliran mandi, aku dan Farida segera mandi secara bergantian.
            Setelah mandi dan sholat shubuh, waktunya jalan-jalan di tepi pantai. Aku dan Silvi ingin sekali melihat sunrise. Karena ini adalah pengalaman pertamaku pergi ke pantai.
            “yos, pinjam HP kamu ya?”,
            “Buat apa ?”,
            “SMS ayahku. Minta dikirim pulsa, soalnya pulsaku mepet nih”
            “Oh. Oke, bentar ya….”,
            Aku mencari-cari HPku di saku baju tidak ada, di saku celana juga tidak ada. Aku tidak percaya. Aku raba-raba lagi saku di baju dan celanaku. Benar-benar tidak ada.
            “Far, HPku kok gak ada ya?”, kataku dengan nada khawatir
            “Lho, gimana sih kamu Yos, yang bener?”, kata Farida tidak percaya
            “Iya Far. Masak aku bohong sih, di saku baju gak ada. Di saku celana juga gak ada. Gimana ini?”,
            “Ayo kita coba cari di bis dulu. Barangkali tertinggal di tas atau dimana.”
            Aku pun kembali ke bis ditemani oleh Farida, sahabatku. Aku cari-cari di tas ranselku tidak ada. Aku cari-cari di kursi dudukku juga tidak ada. Aku bingung. Farida sudah mencoba menelepon nomer HPku agar HPku berbunyi. Tapi percuma itu sia-sia. Karena Farida sedang krisis pulsa.
            “Gimana ini Far, kalau misalnya gak ketemu?”
            “Ayo kita cari lagi. Pasti ketemu kok. Kamu jangan sedih gitu. Eh, bentar deh Yos. Kamu tadi pas mandi bawa Hp apa gak?”
            “Gak lah yos, aku belum pegang Hpku sama sekali dari tadi.”
            “Yaudah kita cari ntar aja lagi. Sekarang ayo kita balik ke pantai, katanya mau lihat sunrise?”
            “yaudah deh.”
            Aku balik ke pantai lagi untuk menikmati keindahan matahari terbit di pantai parangtritis ini. Tapi terhalang oleh kabut dan sedikit mendung. Seandainya HPku sudah ketemu pasti aku bisa berfoto-foto di tepi pantai parangtritis ini. Untungnya HP Farida ada kameranya, meskipun tidak ada pulsanya. Tetapi masih tetap bisa dipergunakan untuk sekedar berfoto-foto ria. Hehehe.
            “Balik yuk Far, gak mood nih.”, dengan nada malas
            “Kenapa yos, kan kita masih punya waktu lama disini. Kamu harus bisa memanfaatkan waktu yang lumayan banyak ini. Kita bisa berfoto-foto, naik dokar, dan beli makan atau apa gitu.”, Saran Farida
            “Aku gak bisa tenang Far, kalau HPku belum ketemu.”, sedikit gelisah dengan raut muka yang manyun
            “Udahlah Yos, nanti pasti ketemu. Eh, ayo kita ke Bu Irma. Tuh orangnya ada disana.”
            “Ngapain kita kesana”
            “Ya ngumpul bareng Yos, kan enak rame-rame. Lagian kita udah foto-foto dari tadi disini.”
            “ayo!”
            Aku dan Farida pun menghampiri Bu Irma yang sedang makan-makan bersama guru-guru lainnya. Beliau adalah guru pembimbing kami. Beliau sangat teliti dan bijaksana dalam menghadapi anak-anak didiknya ketika les sedang berlangsung. Beliau orangnya baik dan lucu. Beliau tidak mau dipanggil Bu, inginnya dipanggil kakak. Karena, beliau belum menikah. Hehehe. Kadang, disela-sela waktu belajar, Bu Irma suka bergurau.
            “Bu Irma !” teriakku.
            “Kok. Bu Irma sih Vit? Kak Irma aja. Masak masih muda dipanggil Bu sih. Ingat, aku lho belum menikah dek” Jelas Bu Irma sedikit bercanda.
            “Hahaha.Yosy yosy. kamu itu udah dikasih tau Kak Irma jangan manggil Bu, eh malah diterusin aja” celetuk Farida
            “Nah, itu farida ngerti gitu.” kata Bu Irma
            “Iya iya Bu. Eh kak. Hehehe J. Wah makan apa nih Bu?”, tanyaku
            “Makan bakso yos. Kamu mau gak? tak pesenin ya, tapi ntar kamu bayar sendiri. Hehehe.”, Canda Bu Irma
            “Sudah kenyang Bu, tadi habis beli pentol sama Farida” Jawabku santai
            “Makan lagi Yos, biar gemuk kayak saya. Hehehe” Canda Bu Irma
            “Saya gak pengen gemuk Bu, pengennya naik 5-6 kilo aja. Hehehe”
            “Sama aja kali dek. Eh, kita udah ditunggu sama yang lainnya lho di bis. Ayo kita cepat-cepat kesana”
            “Saya izin mau beli camilan dulu boleh gak Bu?”, Tanya Farida
            “Boleh. Tapi cepat ya”
            “Oke Bu”, Kata Farida sant
            “Emang kamu mau beli apa Far ?” tanyaku yang gak tau apa-apa
            “Camilan Yos. Buat kita ntar di bis. Biar nanti gak beli makanan lagi.”
            “Oke. Emang mau beli apaan?”, dengan tampang agak bingung.
            “Ya ntar liat aja. Ayo kita ke toko sebelah.”, ajak farida
            “Sip”, Jawabku mantap.
            Kami berdua pun pergi ke toko sebelah untuk membeli beberapa camilan yang ada di toko tersebut. Mulai dari makanan ringan sampai oleh-oleh khas daerah sana juga ada.
            “Beli Aquanya 1 Bu.”, pintaku pada si penjual
            “Ini neng. Mau beli apa lagi?”, tanya si penjual
            “Rengginangnya 2 bungkus Bu, sama Oreonya 1.”, kata Farida
            “Ini neng. Semuanya jadi 12 ribu.”, kata si penjual
            “Oh ini Bu. Makasih ya.”, kata Farida
            Sesampainya di bis aku duduk memangku tas selempangku. Entah kenapa aku ingin sekali membuka tas selempangku itu. Padahal didalamnya cuma berisi tisu, hand sanitizer, dompet sama charger HP. Ketika ku ucap kata charger, dalam pikiranku terbayang oleh HPku yang hilang di pagi hari tadi. Akhirnya ku coba untuk membuka tas selempangku itu, dan ternyata memang ada. HPku ada didalam tas selempang tersebut.
            “Farida, HP ku ketemu!” dengan raut muka yang fresh
            “Hmm.. tuh kan ketemu. Apa aku bilang..”, kata Farida
            “Iya Far. Akhirnya ketemu juga. Huft”, bernafas lega.










Comments

Popular posts from this blog

Benci Tapi Cinta -Cerpen-

Lagu Frozen Versi Jerman